Nikah masal tampaknya masih menjadi tren masyarakat modern saat ini. Selain rame-rame merayakan pesta pernikahan bersamaan, pasangan yang melangsungkan nikah massal mempunyai kenangan khusus, karena banyak pasangan lain yang juga ikut mengantri untuk dinikahkan. Lebih asyik menikah rame-rame tetapi menikmati bulan madu sebagai pengantin baru secara pribadi dan orang lain tidak boleh tahu apalagi mengganggu.

Kalau krisis kelangkaan bahan bakar solar saja bisa membuat antrian panjang sopir angkutan umum untuk bisa mengisi solar, maka nikah massal setidaknya bisa mengurangi antrian panjang calon mempelai untuk dinikahkan oleh penghulu/pendeta yang memimpin jalannya upacara pernikahan. Karena jumlah peminat nikah meningkat drastis bukan tidak mungkin para pendeta kewalahan menikahkan pasangan itu.

Karena begitu panjangnya daftar tunggu calon pengantin  yang ingin segera merasakan malam pertama sebagai pengantin baru, maka adanya nikah massal disambut dengan antusias oleh calon pasangan pengantin. Nikah massal ini  sudah terlaksana dengan baik di Seol Minggu ( 17/2 ) lalu dengan jumlah  pengantin mencapai 3.500 pasangan. Pasangan ini menikah di Cheongshim Peace World Centre, Gapyeong, sekitar 59 kilometer timur laut Seoul, ibu kota Korea Selatan.

Hak Ja-han memimpin upacara pernikahan massal di gereja

Hak Ja-han memimpin upacara pernikahan massal di gereja Unification Korsel.

Pasangan pengantin berdoa bersama di pandu

Pasangan pengantin berdoa bersama usai pemberkatan nikah.

Pasangan nikah masal juga diikuti warga negara asing yang tinggal di Korsel.

Pasangan nikah masal juga diikuti warga negara asing yang tinggal di Korsel.

Sebenarnya momentum nikah massal rutin digelar Gereja Unification yang didirikan pendeta evangelis Moon Sun Myung di Seoul pada 1954. Kegiatan pernikahan massal untuk pertama kalinya sejak gereja berdiri, terjadi pada 1961 dengan peserta 33 pasangan. Seiring berjalannya waktu, pernikahan massal ini menarik minat begitu banyak pasangan.

Bahkan saat digelar dua bulan lalu, acara itu diikuti sekitar 3.500 pasangan. Pernikahan massal itu merupakan pernikahan massal pertama yang digelar sejak meninggalnya Moon Sun Myung ( 92 ), 3 September lalu.  Pasangan peserta nikah massal di hari besar itu memakai seragam sama.

Detik-detik upacara pernikahan massal saat kedua mempelai berdiri merapat.

Detik-detik upacara pernikahan massal saat kedua mempelai berdiri merapat.

3.500 pasangan nikah massal mendengarkan kotbah nikah.

3.500 pasangan nikah massal mendengarkan kotbah nikah.

Perayaan-setelah-upacara-nikah-massal.

Potongan kertas putih berhamburan meramaikan usainya perayaan upacara nikah massal.

Yang lelaki memakai tuksedo, sementara pasangan wanita bergaun warna putih. Pernikahan massal mereka juga diikuti oleh 24.000 jemaat Moon Sun Myung. Selain yang hadir di balkon Cheongshim Peace World Centre, acara nikah massal juga bisa diikuti lewat jaringan video.

Sesuai pemberkatan nikah yang dipimpin Hak Ja Han, janda mendiang Moon Sun Myung, kertas selebaran ditebar demi memeriahkan suasana. Pasangan berbahagia saat itu boleh jadi sudah ada yang hamil. Semoga berbahagia hingga kakek-nenek dan tetap rukun selalu.

( AP/Daily Mail/Foto : AP/UPI/Reuters/Getty Images ).