Studi terbaru menunjukkan, kurang gerak pada remaja meningkatkan risiko depresi di usia 18 tahun. Riset oleh tim Universitas College London ( UCL ) menunjukkan, terlalu banyak duduk ( perilaku sedentari ) terkait peningkatan depresi 8-1 persen saat remaja (usia 18 tahun ). ” Anak muda tak aktif menghadapi risiko depresi lebih besar di usia 18 tahun, ” kata Aaton Kandola, mahasiswa doktoral di UCL, Psikiatri yang juga penulis studi ini, Selasa ( 11/2/2020 ).

Hasil riset ditebitkan di jurnal Lancet Psychiatry, 11 Februari 2020. Tim peneliti memakai data 4.257 remaja di Inggris yang berpartisipasi dalam riset longitudinal sejak lahir, bagian dari studi kohort oleh Universitas Bristol, Inggris.

Sebuah studi menemukan untuk setiap 60 menit seorang anak berusia antara 12 dan 16 yang dihabiskan di sofa per hari, akan menunjukkan gejala depresi mereka meningkat sebesar 10 persen pada usia18 tahun. Penulis utama studi, Aaron Kandola, mahasiswa PhD University College London (UCL), mengatakan, ” Temuan kami menunjukkan bahwa orang muda yang tidak aktif untuk sebagian besar hari sepanjang masa remaja, akan menghadapi risiko depresi yang lebih besar pada usia 18 tahun. “

 

Studi Psikiatri Lancet menemukan bahwa tambahan 60 menit aktivitas ringan ( seperti berjalan atau melakukan tugas ) setiap hari pada usia 12 dikaitkan dengan pengurangan 10% dalam gejala depresi pada usia renaja usia 18. ” Kami menemukan bahwa bukan hanya bentuk kegiatan yang lebih intens yang baik untuk kesehatan mental kita, tetapi setiap tingkat aktivitas fisik yang dapat mengurangi waktu yang kita habiskan untuk duduk cenderung bermanfaat, ” kata pemimpin penulis studi, mahasiswa PhD Aaron Kandola (UCL Psychiatry).
Kita harus mendorong orang dari segala usia untuk lebih banyak bergerak, dan duduk lebih sedikit, karena itu baik untuk kesehatan fisik dan mental kita.

Peneliti melacak gerakan partisipan.

Sumber : Kilas Iptek / Science Daily / IKA.