Saat ini banyak beredar rekaman musik dengan judul sound healing, baik produk dalam atau luar negeri dengan musisi lokal atau internasional. Bermacam kesembuhan yang ditawarkan terutama sekali yang bersifat mereduksi stres, bahkan beberapa menawarkan kesembuhan untuk gangguan-gangguan fisiologis tertentu. Sebagaimana ditulis Djohan Salim konsultan terapi musik yang tinggal di Jogjakarta dalam Mind, Body and Soul Intisari beberapa waktu lalu, menuturkan ada komposisi musik yang didasari atau dilatarbelakangi filosofi dunia Timur entah China, Tibet, India atau lainnya.
Sebenarnya semua teknik menjual adalah sah-sah saja tinggal bagaimana modal pengetahuan konsumen menyikapi semua gejala itu. Sayangnya selama ini konsumen yang terkait dengan urusan musik baik untuk penyembuhan atau tidak, jarang yang memiliki modal informasi yang benar. Selain itu di pasaran mudah dijumpai produk-produk audio untuk meditasi dengan iringan musik tertentu yang umumnya diberi label penyembuhan.

Mendengarkan musik klasik sebagai sarana melakukan meditasi agar tercapai rileksasi dalam waktu singkat.
Kalau dicermati, kebanyakan warna suara yang digunakan adalah suara-suara synthesizer ( alat penghasil sinyal suara ) dengan efek elektronis yang spesifik. Mungkin maksudnya agar pendengar memperoleh efek dari getaran frekuensi suara musiknya ketika diperdengarkan. Pertanyaannya apakah sesederhana itu?
Bagaimana mengetahui berapa frekuensi yang tepat untuk fisik seseorang? Apakah pemutar musik sudah menghasilkan kualitas suara sesuai dengan teknologi yang dimaksud? Sebenarnya penyembuhan yang dimaksud akan diperoleh dari akibat melakukan meditasi atau dari musik latar yang menyertainya, atau bahkan kedua-duanya?
Lantas bagaimana penjelasannya dengan slogan penyembuhan yang tertera pada produk audio tersebut? Mesti diakui bahwa snobisme memang ada di mana-mana. Tetapi tidak ada yang salah bila seseorang belajar dari kesalahan atau ketidaktahuannya.
Sumber : Mind, Body and Soul Intisari 3/Djohan Salim.
Sep 30, 2013 @ 04:08:32
Feb 26, 2012 @ 12:16:10
kalau menurut saya yang awam, saya berpikir bahwa musik tertentu lebih digunakan untuk membantu mengantarkan mood ke suasana hati yang lebih sesuai untuk meditasi,sehingga lebih mudah melakukan koneksi dengan Yang Maha Pencipta. Jadi mungkin sebenarnya meditasinya yang membantu penyembuhan, ya Mbak Arum.
Setahu saya sbg orang Bali, suara tertentu (chanting) dipahami oleh masyarakat lokal dpt membantu mempercepat kita masuk ke posisi siap meditasi ataupun untuk siap sembahyang ini – misalnya suara nging (sering dibantu dg genta pendeta) yg merepresentasikan keheningan,lalu suara ang, ung, mang – dan mungkin juga masih banyak lagi suara /musik lain.
Barangkali produsennya memiliki pengetahuan hubungan antara gelombang suara dengan kesehatan yang belum kita tahu, Mbak..
Feb 27, 2012 @ 14:13:21
Sering diperdengarkan musik ringan, lembut, mendayu-dayu untuk mengiringi meditasi. Salah satunya musik klasik atau musik kitaro dari Jepang yang biasa dipakai saat lokakarya reiki. Tujuannya mencapai rileksasi total saat meditasi. Setahu saya program meditasi kesehatan dari Bali Usada Bali juga menggunakan gamelan Bali sebagai pengiring meditasi.